Chandra Raftsanjani Menjuarai CKS Cloth Racing to the Top

Chandra Raftsanjani yang juga pembalap Pelatnas sepeda gunung menjuarai kejuaraan tanjakan CKS Cloth Racing to the Top kelas Men Elite dengan menyelesaikan jalur lomba sepanjang 4,8 kilometer dengan waktu 15 menit 22,311 detik. Ia mengalahkan rekannya di Pelatnas Bandi Sugito yang mencatat waktu 15’31,83” dan Abdul Soleh (15’55,064”).

Lomba tanjakan ini diselenggarakan di daerah perbukitan Bandung Utara. Letak geografis kota Bandung memang dikelilingi gunung dan bukit yang membuat warga kota Bandung, terutama pesepedanya cukup akrab dengan lintasan tanjakan. Bandung pun banyak melahirkan atlet sepeda di tingkat nasional. Sayangnya walaupun memiliki pehobi sepeda dan atlet yang cukup banyak, Bandung masih minim kompetisi sepeda, bahkan bisa dibilang hampir tidak ada lomba balap sepeda yang dapat diikuti umum yang diselenggarakan di Bandung. Minimnya lomba itu membuat CKS, sebuah produsen pakaian bertema sepeda menggagas kompetisi tanjakan dengan sasaran partisipasi seluruh kalangan pesepeda dari mulai penghobi pemula hingga atlet.

Pertimbangan lokasi lomba adalah sudah dikenalnya rute tersebut oleh penghobi sepeda. Lintasan Warung Bandrek adalah lintasan tanjakan yang terdiri dari Jalan Dago Pakar Utara dan Jalan Negla antara Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda hingga sebuah warung yang terletak di Desa Cimenyan. Untuk keperluan teknis lomba, rute tersebut dirubah dengan mengambil start di Café Cocorico, Jl. Bukit Pakar Timur dan finish di Bumi Herbal Dago di Desa Cimenyan.

Lomba CKS Cloth Racing to the Top ini berjalan lancar dengan diikuti 333 peserta terdaftar yang terbagi dalam 9 kategori berdasarkan usia dan prestasi. Cuaca sedikit berawan tanpa hujan mendukung suasana lomba yang diadakan pada hari Minggu, 3 Pebruari 2013 ini. Lomba ini dilakukan dengan format start massal, peserta dilepas bersamaan sesuai kelasnya dengan jarak waktu 10 menit antar kelasnya. Penjurian pada lomba ini dilakukan oleh ISSI Jawa Barat di bawah Commisaire ISSI, Deni Fajar.

Selain atlet, jalur lomba dipenuhi penonton dari berbagai kalangan, baik sesama pesepeda, keluarga dan teman pembalap, hingga wisatawan yang kebetulan berada di lokasi lomba. Antusiasme warga Bandung terhadap lomba sepeda sangat terlihat dari perhatian penonton yang memadati jalur lomba. Walaupun sedikit membuat lintasan lomba menyempit, namun hal ini masih bersifat positif terhadap dukungan kepada pembalap dan olahraga sepeda itu sendiri.

Catatan lainnya adalah banyaknya antusiasme peserta wanita untuk mengikuti lomba ini. Tercatat adanya 31 pebalap wanita di kelas Women Open dari seluruh peserta lomba. Tidak dipisahkannya peserta wanita berdasarkan usia dan prestasi didasarkan dari pengalaman lomba sebelum ini yang biasanya minim peserta wanita. Akibat antusiasme tersebut, panitia membuat kelas tambahan dengan memisahkan Women Elite dan Women Open.

Lancarnya lomba dan antusiasme berbagai pihak seperti peserta dan penonton membuat panitia berencana menjadikan lomba ini secara berkelanjutan seperti dikatakan Ketua Panitia, Dwiananta Wahyu.

Lomba ini diharapkan mendobrak kevakuman perlombaan sepeda di Jawa Barat, khususnya di Bandung. Diharapkan semakin banyak perlombaan sepeda diadakan, baik event baku seperti yang diperlombakan di ajang multi event seperti PON, SEA Games, dan lain-lain, maupun lomba alternatif seperti lomba tanjakan ini.

(Goestarmono)

Tulisan ini diterbitkan di koran Pikiran Rakyat, tanggal 6 Februari 2013

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *